Selasa, 11 Januari 2011

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM: Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani

Kelompok 3B, PAI A Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
1. Suprima ( 08410119)
2.Farchatullihani (08410044)
3. M.Kholid Al Fahmi (08410146)
4. Ratna Siti Fatimah ( 08410123)
5. Erlina Yuniati ( 08410110)

Dosen
1. Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag.
2. Muh. Qowim, S.Ag., M.Ag.

REKONSTRUKSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PARADIGMA FILSAFAT M. IQBAL

1. Riwayat Hidup Muhammad Iqbal


Muhammad Iqbal adalah anak keturunan dari kelas Brahmana (kelas sosial tertinggi di India), dilahirkan tanggal 22 Februari 1873 M. di Sialkot, Punjab Barat, Pakistan. Ayahnya bernama Muhammad Nur, seorang sufi yang sangat saleh. Sejak masih anak-anak, agama sudah tertanam dalam jiwanya. Pendidikan agama selain dari orang tua, juga didapatkan dengan mengaji dengan Mir Hassan. Di rumah sang guru, ia selain belajar mengaji agama juga belajar membuat sajak.

Muhammad Iqbal dibantu oleh Mir Hassan, ia memasuki sekolah Scotiish mission School. Tamat di sini, ia melanjutka ke Government College dan memperoleh gelar sarjana muda (BA) 1897 dan tahun 1905, ia memperoleh gelar MA di bidang filsafat.

Di perguruan tinggi, ia berkenalan gengan seorang guru besar, Thomas Arnold yang banyak membentuk jiwa filosifinya. Guru besar ini menyarankan Iqbal untuk mengambil program Doktor di London. Dalam waktu satu tahun, program itu dapat diselesaikan di Universitas Cambridge di bawah promoter Mc. Taggart. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman. Di Universitas ini, ia memperoleh gelar Ph.D di dalam filsafat dengan disertasinya yang berjudul the Develipment of Metaphysics in Persia (perkembangan metafisika di Persia).


Berbekal sejumlah keahlian, ia memulai karir sebagai pendidik (dosen), pengacara, di India ia juga aktif dalam bidang politik. Setelah merasa muak dengan pekerjaannya sebagai pengacara ia mengundurkan diri dari pekerjaannya dan lebih cenderung di rumah dengan terus berkarya membuat sajak-sajak yang bermuatan teologis dan filosofis.

Buku yang berjudul The Recontruction of religius Though in Islam adalah kumpulan dari ceramah-ceramahnya sejak tahun 1982 dan merupakan karya terbesarnya dalam bidang filsafat.

Pada tahun 1930, Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua konfrensi tahunan Liga Muslim di Allahabad, kemudian pada tahun 1931 dan tahun 1932, ia ikut konfrensi meja bundar di London yang membahas konstitusi baru bagi India. Pada bulan oktober tahun 1933, ia di undang ke Afganistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Pada tahun 1935, ia jatu sakit dan bertambah parah setelah istrinya meninggal dunia. Tidak lama sejak itu beliau tutup usia.

2. Rekontruksi Pemikiran Pendidikan Islam dalam Paradigma Filsafat M. Iqbal

Pendidikan sebagai sebuah model rekayasa sosial yang paling efektif untuk mempersiapkan suatu bentuk masyarakat masa depan, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan perilaku seseorang dan suatu masyarakat. Keadaan apapun yang dialami suatu masyarakat seperti kemiskinan, dekadensi moral, kriminalitas dan keadaan buruk lainya, senantiasa dialamatkan kepada pendidikan sebagai penyebabnya. Karenanya, formulasi konsep pendidikan Islam yang konstruktif, inovatif dan penuh daya vitalitas akan mengantarkan masa depan kehidupan seseorang dan suatu masyarakan yang lebih baik. Kerancuan konseptual pendidikan Islam yang disusun berdasarkan konsep yang kurang jelas dan fungsional, mengakibatkan pendidikan Islam terkesan tertinggal dari perkembangan kehidupan masyarakat dan jauh tertinggal dari perkembangan teknologi. Mohammad Iqbal, sebagai seorang filosuf penyair muslim modernis memiliki pemkiran yang sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan hingga dewasa ini.Ia tidak hanya menerima maupun menolak pemikiran Barat dan Timur begitu saja, tetapi Iqbal memadukan keduanya secara kritis dan senatiasa dibingkai dalam kerangka wahyu yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.

Dalam tulisan ini penulis ingin mengungkap permasalahan sebagai berikut:

a. Pemikiran Iqbal tentang apakah yang menjadi entry point bagi konstruksi pemikiran pendidikan Islam,

b. Bagaimana konstruksi pemikiran pendidikan Islam Iqbal,

c. Paradigma dan nilai pendidikan apakah yang terdapat dalam pemikiran filsafat Iqbal tentang pendidikan Islam. Untuk menentukan metode yang akan digunakan dalam penyusunan thesis ini, terlebih dahulu penulis mengadakan penelitian pustaka (library research) dengan menggunakan metode dokumentasi.

Adapun metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan pula adanya interpretasi atau penafsiran terhadap data tersebut. Disamping itu penulis juga menggunakan metode historis analitis. Sedangkan metode penalaran yang digunakan dalam menganalisa data tersebut adalah metode penalaran deduktif (cara berfikir analitik) dan metode penalaran induktif (cara berfikir sintetik). Selain itu juga digunakan metode spekulatif atau sering juga disebut metode reflektif, yakni memikirkan, mempertimbangkan, membayangkan dan menggambarkan teknik pendekatan dalam filsafat agar terdapat kejelasan tentang obyek.

Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode tersebut akhirnya dapat direkonstruksi pemikiran pendidikan Islam dalam paradigma filsafat Iqbal dalam sebuah kesimpulan sebagai berikut:


Pertama, Konstruksi pemikiran pendidikan Islam Iqbal diilhami oleh pemikirannya tentang manusia, khususnya pemandangannya terhadap kisah Adam, konsep ego dan insan kamil. Berdasarkan hal tersebut dapat diketemukan persoalan mendasar studi kemanusiaan dalam kaitannya dengan pendidikan, yaitu: potensi bawaan, kebebasan dan substansi manusia. Menurut Iqbal manusia adalah ego kecil (khudi) yang memiliki kesadaran diri, aktif, kreatif dan dinamis. Sehingga pendidikan berupaya untuk mengembangkan ego tersebut menuju ego besar (ultimate ego) yaitu Allah SWT.


Kedua, Secara konseptual filosofis, Iqbal memang tidak memiliki formulasi konsep pendidikan Islam yang terperinci. Namun secara implisit, berdasarkan pandangan dasarnya tentang manusia, khususnya pemikiran filsafatnya tentang ego dapat direkonstruksi sebuah konsep pemikiran pendidikan Islam yang dinamis, inovatif dan penuh dengan vitalitas.

a. Hakekat pendidikan Islam Iqbal adalah segala upaya atau proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk membantu mengembangkan individualitas seseorang agar siap memasuki dunia peradaban yang penuh dinamika dan perubahan berdasarkan ajaran Islam.

b. Tujuan pendidikan Islam yaitu tercapainya kesempurnaan individualitas seseorang (peserta didik) melalui pertemuan antara ego kecil dengan ego besar, sehingga dalam dirinya tertanam sifat-sifat ketuhanan (insan kamil). Karena individualitas itu senantiasa berkembang, maka menurut Iqbal tujuan pendidikan Islam harus senantiasa dirubah dan dirumuskan kembali sesuai dengan situasi praktis yang sedang berubah.

c. Fase-fase pendidikan Islam harus disesuaikan dengan tahap perkembangan individualitas setiap orang. Menurut Iqbal fase-fase pendidikan tersebut adalah; pertama, taat kepada undang-undang, kedua, penguasaan diri, dan tahapan ketiga yang merupakan tahap kesempurnaan yaitu kekhalifahan Illahi.

d. Materi pendidikan Islam Iqbal menekankan penggabungan studi agama, sejarah budaya, ilmu alam dan fisika, psikologi, metafisika, ilmu sosial dan sastra.

e. Metode pendidikan yang ditawarkan Iqbal adalah metode yang dapat memacu kreativitas dan perkembangan individualitas siswa. Metode tersebut yaitu metode eksperimen, metode trial and error, metode proyek dan metode struktur sosial.


Ketiga, Paradigama yang digunakan dalam pemikiran filsafat Iqbal adalah paradigma konstruktif, sehingga dalam mencari kebenaran terhadap sebuah realitas sosial senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anut Iqbal.

Berdasarkan paradigma konstruktif tersebut, maka dalam konstruksi pemikiran pendidikan Islam Iqbal terdapat nilai-nilai, yaitu: nilai-nilai pendidikan tauhid, nilai-nilai pendidikan akhlak, nilai-nilai pendidikan akal (kecerdasan dan nilai-nilai pendidikan sosial. Nilai-nilai pendidikan tersebut sesemuanya juga bersumber dari pandangan Iqbal tentang ego yang merdeka dan senantiasa berproses menuju ke arah kesempurnaan yaitu Allah SWT. Dari pandangan itu akhirnya menghasilkan konsep ketuhanan dan dari padanyalah nilai-nilai pendidikan tersebut diatas terkandung didalamnya.

Sumber Referensi

Rekontruksi Pemikiran Dalam Islam, Muhammad Iqbal. Jogjakarta. Jalasutra, 2008. Cet.2